Ini adalah foto letak sendal mamahku setiap dia meninggalkan rumah. Sendalnya selalu menghadap ke pintu persis di sebelah pintu yang terbuka.
Kalau mamah sedang dikamarnya, maka sendalnya akan bertengger diatas keset depan pintu kamarnya.
Hanya dengan melihat sendalnya, aku tahu apakah dia ada dirumah atau tidak.
Dirumah ini tidak ada satupun selain dia yang memakai sendal didalam rumah. Aku dan adikku pernah mencobanya, namun ternyata kami tidak seberadab dia. Walaupun sampai saat ini aku belum pernah bertanya, “Mah, kenapa sih dirumah selalu memakai sendal?”
Aku punya satu ketakutan yang suatu saat nanti akan menjadi nyata, yaitu letak sendal yang menghadap pintu tersebut tidak akan berubah. Hari dimana sendal itu tidak bertuan. Hari dimana penyesalanku ke Mamah tidak berucap, “Mah, makasih ya selama ini sudah mengandung aku, sudah sabar membesarkan aku, sudah banyak memberikan kehangatan kasihmu sampai saat ini”.
Aku ini hanya anak durhaka yang hanya bisa membuatnya kesal sampai diapun menangis karena aku. Sampai kapanpun aku tidak bisa memberikan kasih yang setimpal dengan apa yang kau berikan kepadaku.
Sebisa mungkin saat kau ada, aku akan mencoba memberikan apa yang kau inginkan untuk kau bahagia. Tapi aku takut apa yang kuberikan tidak akan cukup, karena kasihmu lebih besar daripada itu.
Dari kecil, setiap ada makanan enak, dia akan memberikan kepada anaknya. Aku dan adikku berkata, “Mamah memang tidak mau makan ini? Kan ini enak mah”. Dan dia berkata, “Enggak kok, mamah makan ini aja. Sudah makan aja sana”. Dan sampai detik ini Mamah ku masih seperti itu setiap ada makanan enak. Memang terdengar kejadian sederhana, tapi itu adalah contoh kecil dari kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.
Selama ini yang aku tahu hanya Mamah dan Ayah yang setiap pagi akan membukakan pagar rumah untuk mengantarkan anaknya keluar rumah. Dari mulai sekolah sampai sudah kerja. Apalagi Mamah ku yang seorang Ibu Rumah Tangga, dari mulai sekolah sampai kuliah hanya dia seorang yang mengantarkan anaknya sampai pagar rumah. Aktivitas yang terlihat sederhana, namun sangat berarti.
Sekarang apa yang kubalas? Pulang kerja sudah larut, mereka sudah tidur. Hanya pagi hari pada saat aku sarapan adalah waktu untuk ngobrol dengannya. Itupun tidak sampai setengah jam karena aku harus pergi ke kantor. Kadang di malam hari ketika dia belum tidur, dan aku baru pulang kantor. Aku pasti membuka tudung saji untuk melihat makanan, kebetulan meja makan berada depan kamarnya. Dia pasti akan keluar dari kamarnya untuk menanyakan, “Kamu sudah makan malam? Atau mamah mau buatkan makanan?”. Dan biasanya dia sambil mengambil air minum sekedar untuk bertemu anaknya dan punya waktu untuk ngobrol walaupun lagi – lagi tidak sampai setengah jam.
Yang kuharapkan saat ini adalah semoga sendal ini akan dipakainya kembali dan aku bisa punya waktu lebih lama untuk ngobrol dengannya. Karena itu yang kami butuhkan. Saling bertukar cerita seperti aku kecil dulu sewaktu pulang sekolah.
Makasih ya mah, love you