Berisiknya Coffee Shop Belakangan Ini

Coffee Shop

Ini memang hasil pengamatan gw pribadi selama mengunjungi Coffee Shop yang ada di Jakarta. Kebanyakan kunjungan ke Coffee Shop ini adalah numpang kerja. Karena pada saat mencari tempat kerja yang menawarkan tempat yang (seharusnya) nyaman, minuman, wifi dan tentunya stop kontak, yang muncul pertama adalah Coffe Shop.

10 tahun yang lalu pada saat masih kuliah, jumlah Coffee Shop tidak sebanyak saat ini. Pilihan tempat mengerjakan tugas biasanya ke rumah teman, di kampus atau di restoran. Coffee Shop pada saat itu yang paling banyak gerainya adalah Starbucks. Sedangkan harga satu gelasnya bisa cukup untuk makan siang beberapa hari di kampus.

Tentunya untuk mendapatkan mood dan pace bekerja membutuhkan ketenangan, kalaupun ada suara, tingkat desibel yang diharapkan adalah 60 desibel dari suara percakapan di dalam 1 ruangan. Ketenangan dibutuhkan untuk menunjang produktivitas dalam bekerja (sumber). Karena itu konsep open office environment yang saat ini banyak di anut oleh banyaknya perusahaan tentunya punya efek negatif yaitu bising.

Memang tidak ada konvensi mengenai tingkat kewajaran suara dalam melakukan percakapan. Lagipula di satu sisi, Coffee Shop adalah tempat umum, tempat dimana hak privasi seseorang harus bisa toleransi dengan hak privasi yang lain. Dan kalau memang ingin mempunyai tempat yang sepi, perpustakaan jadi salah satu jawabannya. Namun, apa iya kita harus pergi ke perpustakaan umum yang dimana jumlahnya dan lokasinya tidak semudah akses ke Coffee Shop.

Berubahnya tempat berkumpul anak muda ke Coffee Shop dari Mall menjadi salah satu kunci berkembangnya Coffee Shop saat ini. Mall yang dimana mempunyai space yang jauh lebih luas dan pilihan tempat untuk berkumpul, berbanding terbalik dengan Coffee Shop yang lebih sempit. Kita harus berbagi tempat dan udara dengan pengunjung lainnya dengan luas “seadanya”.

Jangan lupa dengan salah satu hal yang menunjang “interaksi” anak muda pada saat berkumpul, yaitu Mobile Game. Countless Mobile Game options yang bisa kita dapati saat ini, mulai dari Mobile Legends, PUBG, AOV, ROS, etc. Percakapan berlangsung sewaktu permainan mulai. Lebih seringnya yang terjadi adalah bukan percakapan 2 arah, tapi komunikasi 1 arah dengan teriakan umpatan, “HAJAR MUSUHNYA NYET!”. Setiap permainan tersebut bisa berlangsung selama 15 menit dalam 1 round kurang lebih. Belum lagi kalau mereka bermain lagi karena kalah atau ingin menang lagi.

Hilangnya interaksi tanpa alat bantu yaitu Mobile Game, membuat mereka ingin mendominasi keadaan. Minimnya diskusi mengenai kehidupan satu sama lain membuat diskusi mengenai betapa jagonya mereka dalam medan pertempuran menjadi topik yang paling penting.

Coffee Shop (menurut gw) yang seharusnya menawarkan ketenangan selain menjadi studio foto untuk para pencari social media engagement, lama kelamaan menghilang. Lebih dari itu, para pencari ketenangan harus bertarung dengan anak muda atau lebih sering di sebut Millennials di setiap tempat. Walaupun terminologi Millennials ini secara riset bermula dari kelahiran 1980an sampai 1996, yang dimana gw termasuk kedalam range umur tersebut. (-_-“). In my defense, gw tidak merasa menjadi salah satu kontributor untuk membuat coffee shop yang seharusnya menjadi tempat yang tenang menjadi arena debat Mobile Game.

Tulisan ini dibuat di tengah kebingisan mabar Mobile Legends di Coffee Shop bilangan Bintaro

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.