Solennes Nocte (Part III)

Screen Shot 2018-08-01 at 9.20.29 PM

Ada malam dimana tidak ada seorang pun yang dapat mengganggu kekhidmatan aktualisasi diri gue, yaitu membaca. Kebetulan banyak buku yang gue beli di Big Bad Wolf Books tahun ini. Namun belum satupun gue selesaikan. Karena perbuatan ini, gue harus mengakui kalau gue memang (sedikit) Tsundoku.

Kali ini gue sedang seru – serunya membaca “It’s not about shark” karya David Niven. Buku yang membahas tentang bagaimana mengatasi masalah yang tidak dapat dipecahkan. Memang terdengar seperti buku self help lainnya yang isinya naratif dan retoris. Tapi sebenarnya bahasan di buku ini cukup seru karena penulis membahas dengan studi kasus seperti cerita di balik film Jaws.

Judul buku ini memang terinspirasi dari film Jaws ini. Apa yang di bahas dari Jaws adalah bagaimana Steven Spielberg menemui kesulitan dengan robot hiu yang sudah dibuat oleh timnya. Karena ternyata hiu tersebut tidak praktis untuk digunakan sebagai properti shooting. Robot hiu tersebut sangat berat, hingga hampir tidak mungkin untuk menggunakannya. Steven Spielberg yang sewaktu itu menggarap film keduanya sebagai sutradara ini sangat stres dengan keadaan ini, dimana dia bisa menjadi sutradara yang gagal karena tidak bisa membuat suasana yang mencekam karena permasalahan sial ini.

Setelah memikirkan cukup lama untuk mensiasati masalah ini, dia menemukan bahwa ketakutan manusia bukan pada saat dia melihat langsung ketakutan tersebut, tapi yang paling menakutkan adalah pada saat di bayang – bayangi dengan ketakutan tersebut. Akhirnya di dalam film Jaws yang akhirnya menjadi Blockbuster Movie tersebut, hiu tersebut hanya terlihat bayangannya di dalam laut, di bawah kaki dari para pemeran yang sedang terapung di laut. Hiu tersebut hanya muncul dalam hitungan jari.

ketakutan manusia bukan pada saat dia melihat langsung ketakutan tersebut, tapi yang paling menakutkan adalah pada saat di bayang – bayangi dengan ketakutan tersebut

Baru baca bab 1 aja sudah bisa buat gue untuk merenung sejenak. Kenapa gue enggak berani untuk menghubungi Kina. Setelah kejadian yang lalu, terhitung hari ini berarti sudah sekitar 6 bulan 24 hari gue tidak mendapati kabar dari Kina. Sepertinya semua akun dan nomor gue sudah di block. Sewaktu ke rumahnya pun, orang rumahnya selalu ngomong kalau Kina sedang tidak di rumah. Gue tahu kalau Kina di rumah, hanya dia aja yang memang enggak mau ketemu gue.

Sebenarnya ada satu cara lagi yang paling mungkin untuk bisa bertemu dengan Kina, yaitu bertemu dengannya di kantor dia yang baru. Tapi cara ini adalah satu – satunya cara yang gue paling takuti, kenapa? Karena gue pasti bisa bertemu dia secara langsung. Bukan dengan telepon ataupun chat. Gue takut kalau pita suara gue menghilang dan jantung gue berhenti berfungsi. Gue belum punya cukup nyali untuk bertemunya langsung. Walaupun gue tahu kantor dia, lantainya juga tahu, bahkan sampai mejanya pun gue tau. Penasaran gimana caranya gue tahu? Internet. Dan Niat.

Enggak susah kok, lo cuman harus ikuti social media teman – teman seklilingnya aja. Mulai dari teman kantor, teman sekolah, teman kuliah, teman geng, dll. Kalau kasusnya di Kina, gue lihat di Instagram teman kantor dia (yang dimana teman kantor gue juga) sewaktu dia bertemu dengan Kina di luar kantor dan mereka kayaknya lagi makan malam sekalian farewell. Terus baca dari captionnya yang beruntungnya nyebutn nama kantor barunya. Lalu gue cari di linkedin nama kantornya dan gue telusuri siapa aja yang bekerja di sana. Tujuannya adalah cari teman yang ada singgungannya dengan kehidupan Kina, bisa alumni kuliah atau sekolah yang sama. Dan akhirnya ketemu! Dari sini, tinggal cari sosial medianya dan biasanya medium Instagram adalah tempat yang paling aktif bersosialisasi. Dari situ tinggal ikuti aja Instagram Storynya. Karena hampir pasti, channel itu yang paling aktif. Atau satu lagi caranya adalah tinggal search lokasi kantornya di Instagram, lalu lihat siapa aja yang post di lokasi tersebut. Selebihnya berharap kalau ada Kina muncul.

Setelah menunggu berminggu – minggu “menguntit”, akhirnya muncul post di Instagram dari post di lokasi kantor tersebut. Ada Kina yang sedang kerja terus di gangguin sama temen di cubicle sebelah. Dan untungnya, temen sebelahnya ini lumayan banci tampil. Jadi gue bisa tahu dari mulai lantai, lokasi mejanya kalau dari pintu masuk kemana, pulang biasanya pada jam berapa. Agak nyeremin ya? Tapi ya namanya juga sosial media, semua orang bisa tahu kehidupan kita dari hanya mengetahui sekitar aja.

Tapi ya, mau sejago apapun gue menguntit. Tetap aja gue masih enggak berani untuk bertemu dengan dia. Ya gimana, kayak quote dari Steven Spielberg tadi. Di bayangi ketakutan gini lebih menyeramkan memang.

“Mas, ada telepon nih. Suaranya sih cewek nih mas”

“Iya, bu. Sebentar”

Hari sabtu pagi gini siapa yang telepon. Apalagi ini telepon rumah, terakhir gue dapat telepon rumah dari temen itu pas gue SMA. Rasanya gue juga enggak masukin telepon rumah ke dokumen bank atau apapun. Apa telepon dari HR yang kemarin baru gue apply ya? Tapi ya masa hari sabtu gini, desperate amat nyari pegawai.

Sambil tergopoh – gopoh karena baru bangun tidur, gue berjalan ke arah telepon rumah.

“Halo, ini Nara. Ini dengan siapa ya?”

“Nay, ini Kina. Kalau kamu ada waktu, aku mau ketemu kamu jam 12 di Coffee Shop biasa ya. Bye”

Gue cuman bisa diam dan waktu terasa lama. Padahal telepon tadi enggak sampai 10 detik. Ini sensasinya kayak Spider-sense, dimana lo bisa merasakan elektron – elektron sekililing lo berputar mengelilingi inti atom.

“Siapa Mas tadi yang telepon?” tanya Ibu yang sedang menyiapkan sarapan

“Kina Bu” gue menjawab dengan nanar dan masih memegang gagang telepon di telinga

“Oh iya? Ibu sudah lama enggak denger kabar dia. Kina sehat Mas?” Ibu meletakan piring sambil menoleh ke gue

“Enggak tahu bu. Ini aja aku masih enggak percaya dia telepon” gue sambil menaruh gagang telepon

Sehabis mandi, gue berusaha tampil rapih tanpa cacat sedikit pun. Walaupun tidak serapih sewaktu interview kerja pertama kali dengan dasi berwarna peach yang membuat gue di olok – olok oleh teman kerja gue setelah masuk kerja. Tidak lupa menyantap sarapan yang Ibu sudah buatkan supaya tidak mual karena gugup akan bertemu Kina.

Dan sialnya di sabtu menuju siang begini, hampir semua orang ingin keluar dan makan siang bersama keluarga, teman dan pasangan. Gue adalah salah satu yang akan makan siang dengan (mantan) pasangan.

Sesampainya di Coffee Shop, gue memesan Ice Americano dengan menambah 2 shot espresso untuk menyiapkan kepahitan yang akan terjadi dengan Kina.

Gue langsung duduk di meja sebelah taman yang dimana tempat biasa gue dan Kina dulu ngobrol sampai tempatnya tutup.

Sambil menunggu Kina, gue berusaha menenangkan diri dengan mendengar lagu dari headset. Adhitia Sofyan menurut gue jadi pilihan tepat untuk menenangkan hati ini dengan petikan gitar yang lembut mengayun hati.

Stay a while

I’m gazing the way you move

From far

Never look back

Since then

I won’t have to wonder the words again

Enggak tahu kalau ini takdir atau gimana, lagu Gaze yang gue dengerin, liriknya yang menceritakan tentang seorang pria yang sedang duduk di Coffee Shop sendirian, lalu melihat dari jauh ada wanita masuk ke dalam Coffee Shop tersebut yang membuat dia enggak bisa berkata – kata, menjadi kenyataan.

Sehabis bait pertama Gaze tadi, ada seorang wanita masuk sambil menengok kanan kiri seperti mencari orang.

Itu adalah Kina.

Kali ini bukan seperti Spider-sense, tapi gue kayak terkena sihirnya Doctor Strange dengan Time Manipulation-nya. Semua eksistensi yang ada di muka bumi ini terhenti, hanya seorang Kina yang dapat bergerak. Seperti dia adalah pusat dari galaksi ini.

“Hai Nara” ucap Kina dengan air muka yang tampak tidak ramah sama sekali.

Dan ternyata ada laki – laki yang mengikuti di belakangnya.

“Siapa itu?” Tanya gue dalam hati.

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.