Pemeran Utama

Ini bukan lagu Raisa ataupun penggalan lirik dari Film Favorit – Sheila On 7. Walaupun secara premis dari tulisan ini berkaitan dalam konsep dengan 2 lagu tersebut.

Dan sepertinya artikel ini pernah gw tulis di notes handphone gw yang dicuri dari saku kemeja gw pada H-1 sebelum lebaran. Sebuah kejadian yang sempat membuat gw freeze beberapa detik.

Continue reading “Pemeran Utama”

Ngabuburead #28 | Bekerja untuk siapa dan buat apa?

Mungkin untuk fresh graduate akan jauh lebih mudah untuk menjawab pertanyaan ini. Kalau melihat gw dulu atau teman-teman kerja yang fresh graduate, jawabannya akan berkutat dengan bekerja untuk diri sendiri atau orang tua, dan bekerja untuk mencari uang dan aktualisasi diri.

Continue reading “Ngabuburead #28 | Bekerja untuk siapa dan buat apa?”

Ngabuburead #7 | Alasan klise enggak puasa

Gw masih ingat betul puasa sewaktu SMA dimana kita main billiard untuk ngabuburit. Dan ada temen gw mulai membakar rokok. Sewaktu gw tanya dia puasa atau enggak, katanya puasa. Kalau ditanya kenapa ngerokok? Jawabannya adalah “Kan yang enggak boleh makan dan minum. Kalau asep mah boleh kok. Hukumnya makruh”. Ibarat ustadz, jawabannya sungguh meyakinkan sampai beberapa teman gw mulai ikutan untuk ngerokok.

Continue reading “Ngabuburead #7 | Alasan klise enggak puasa”

Ngabuburead #4 | Apa rasanya naik pesawat hercules untuk pulang kampung?

Di tahun 90an akhir, kami sekeluarga pernah pulang kampung dari Merauke ke Jakarta menggunakan pesawat hercules. Sewaktu itu gw masih SD. Sebagai gambaran dari Merauke ke Jakarta di tahun 90an biasanya memakai pesawat komersial Merpati, dengan waktu tempuh sekitar 7 – 8 jam. Biasanya akan transit di Makassar dan Surabaya yang pasti. Tambahannya bisa ke Jayapura atau Timika. 

Continue reading “Ngabuburead #4 | Apa rasanya naik pesawat hercules untuk pulang kampung?”

Ngabuburead #3 | Pengalaman tinggal di Merauke tahun 1990-an (Bagian 1)

Selama ini gw belum pernah denger ada orang yang saya temui di Jakarta pernah mampir ke Merauke. Apalagi tinggal di Merauke cukup lama, sepertinya jarang sekali. Mengingat kota ini jauh di timur Indonesia. Semua orang tahu ada 2 kota yang berada di ujung Indonesia, Sabang dan Merauke.

Gw tinggal di Merauke dengan keluarga kurang lebih hampir 5 tahun. Kami pertama kali datang ke sana antara tahun 1995-1996. Kami pindah kesana karena Ayah ditugaskan dari Bank tempat dia bekerja.

Bagi anak umur 5-6 tahun pindah ke kota lain tentu tidak terlalu berasa kehilangan dan lagipula tidak ada ekspektasi yang ditaruh untuk tahu ada apa disana. Yang diketahui adalah kami pindah dari rumah lama ke rumah baru.

Continue reading “Ngabuburead #3 | Pengalaman tinggal di Merauke tahun 1990-an (Bagian 1)”

Ngabuburead

Pada kesempatan Ramadan tahun ini gw mencoba untuk menulis lebih konsisten setiap hari pada 30 hari di bulan Ramadan ini.

Ide ngabuburead ini sudah ada dari mungkin 5 tahun yang lalu. Idenya cukup simple yaitu menyuguhkan bacaan untuk kegiatan ngabuburit.

Ngabuburead ini temanya cukup luas, dari mulai opini, cerita pendek, dan mungkin puisi. Apapun yang terlewat pada pikiran gw akan dicoba untuk disampaikan dalam tulisan.

Maksimal kata adalah 1,600 yang dimana rerata kemampuan baca selama 7 menit. Yang sebenarnya dimaksudkan untuk menggantikan Kultum (Kuliah 7 menit). Namun nampaknya menulis setiap hari sejumlah 1,600 kata akan menyaingi Stephen King. Jadi kita lihat dalam 1 bulan, 30 tulisan akan berapa banyak kata reratanya.

Selamat membaca.

Generalist vs Specialist

Sebenarnya tulisan ini akibat nonton film “Innocent Moves” yang menceritakan tentang prodigy chess master di umur belia. Bahasan tentang catur Ini pun jadi ramai karena series “The Queen’s Gambit” beberapa bulan lalu. Tapi bukan hanya karena kedua film tersebut tulisan ini muncul. Gw baru baca buku dari David Epstein, “Range: Why Generalists Triumph in a Specialized World”. Yang membahas tentang pola pengembangan kompetensi manusia yang dilatih dari belia dan fokus untuk membahas generalist vs specialist. Buku ini menjadi salah satu buku yang direkomendasi oleh Bill Gates di 2020.

Continue reading “Generalist vs Specialist”

Mempermudah menjadi memalaskan?

Akhir – akhir ini gue jadi sering berpikir kalau sepertinya banyak waktu yang tidak produktif. Walaupun gadget atau aplikasi yang tugasnya mempermudah malah tidak diutilisasi secara maksimal. Kalau ini pabrik tentu sudah pasti merugi dan nilai depresiasi lebih tinggi daripada nilai ekonomi barang itu sendiri.

Tanpa maksud mencari teman atau excuse, tapi gue cukup yakin kalau bukan hanya gue sendiri yang merasakan ini. Namun, hampir setengah juta dari rakyat Tangsel (Hasil Survey Pikiran Sendiri) pasti mengalami hal yang sama. Terlebih lagi mungkin untuk yang sudah bekerja dan mencoba untuk keep up dengan literasi supaya tidak ketinggalan dengan lulusan MBA atau MM yang selalu memakai terminologi yang membuat kami merasa bodoh karena belum pernah dengar sebelumnya.

Continue reading “Mempermudah menjadi memalaskan?”

Kurasi Informasi Adalah Koentji

Limitasi akses informasi

Gue masih ingat perasaan sewaktu kecil kalau gue punya informasi yang teman lain belum tau rasanya seperti gue ada di awang – awang. Padahal mungkin se-simple gue baru nonton Dragon Ball Z dan teman lainnya kelewatan.

Lebih besar dikit dan sudah mengenal musik dimana gue baru baca majalah di Gramedia dan baca artikel tentang penelitian kalau musik Limp Bizkit dapat meningkatkan agresif remaja. Gue bak guru di depan kelas menceritakan hal tersebut seperti gue yang melakukan penelitian ditambah bumbu – bumbu ego seperti, “makanya gue lebih suka Linkin Park daripada Limp Bizkit”. Yang dimana tidak ada hubungannya sama sekali.

Continue reading “Kurasi Informasi Adalah Koentji”