Nyai Ontosoroh

“Wanita Solo” karya Basuki Abdullah

Ini bukan puisi untuk Nyai
Tapi untuk sesama yang terzalimi
Bahwasanya tidak akan ada kesetaraan, kedamaian dan keadilan yang penuh
Yang ada hanya derita dan pilu

Apa yang dilakukan Nyai adalah belajar
Menjadi terpelajar haruslah adil, bukan menjadi kerdil
Memperjuangkan hak tidak harus beradu bedil

Sadar bahwa kehidupan bukan suatu yang mutlak
Bukan bergantung takdir tapi bangkit dari titik nadir
Berjuang melawan penindasan walaupun keadilan tak kunjung hadir

Bicara lah, jangan hanya mengganguk mengalah
Karena hidup bukan teater bisu
Yang isinya dipenuhi dengan isu

1 April 02.33

Sore

Salah satu scene pada webseries “Sore”

Dia datang tanpa disadari
Mencuri senyum dari air mukaku yang murung
Tak percaya kalau keindahan itu ada didepanku
Serasa semesta mengabulkan doaku

Pagi selalu menjadi musuh abadi
Tapi sore selalu mengingatkanku akan baiknya pagi
Sore selalu menemaniku menikmati senja
Dan malam akhirnya selalu menjadi residu indahnya senja

Kenapa senja itu menyenangkan?
Kadang dia merah merekah bahagia
Kadang dia hitam gelap berduka
Tapi langit selalu menerima senja apa adanya

Berharap di masa depan bertemu dengan sore kembali
Membangunkan aku dengan senyum di pagi hari
Mengingatkan aku pada cerahnya matahari menyinari sore
Semoga semesta dan langit mempertemukan kami kembali

—————

Tulisan ini ada karena terinspirasi oleh sebuah webseries berjudul “Sore” karya Yandy Laurens. Dan ada bait di tulisan ini dipenggal dari dialog pada webseries tersebut. 

19Mar 05.28

Perempuan


Teriakan lepas seorang perempuan itu menarik perhatian.

Jarang ada seorang hawa yang berani seperti itu.
Biasanya mereka hanya berlindung dibalik jargon “feminist”.
Ah aku malah melantur sexist.

Kesetaraan adalah suatu yang hakiki.
Jadi jangan malah kau maki.
Kodrat bukan berarti tak bisa lepas.
Tapi bagaimana menyikapi.

Tapi tau apa aku tentang perempuan.
Makhluk jelmaan (yang katanya) dari rusuk.
Malah suka merasuk pikiran & jadi impian.
Kadang malah sampai busuk.

13 Mar 23.50

Kausalitas

Karena terlalu sibuk merasa, jadi lupa akan asa 

Karena terlalu sibuk dengan ego, malah jadi bego

Karena terlalu sibuk dengan kerjaan, sekarang malah hilang pegangan

Karena terlalu logis, akhirnya salah hipotesis

Tapi kadang kalau terlalu puitis, malah jadi pesimis
Mencoba realis malah jadi surealis
Mimpi setinggi langit tapi semangat seperti dipingit
Mungkin waktu akan membaik kalau sudah laik

28Feb 00.45

Waktu Ku Yang Mahal


Tak puas dengan malam mu?
Berganti hari kau kesal bukan kepayang
Tak sempat bercumbu dengan tumpukan buku itu
Akhir malam hanya menjadi dengkuran lepas kelelahan

Kau selalu beranggapan esok akan ada babak tambahan
Padahal yang ada hanya PR tambahan kelas Sasahidan
Tak pernah selesai, tertinggal hanya pembatas mengayun lunglai
Intisari yang menyerap walau hanya sebesar kurap

Kapan akan cukup?
Ya tidak akan pernah
Semua sudah pasti dan terukur
Siapa yang bisa merubah kecuali yang punya
Kita hanya kebetulan jatuh disini dan belajar

21Feb 00.48

Dekade

image

Waktu berlalu mengalahkan kecepatan cahaya
Bukan hanya kenangan yang membekas, tapi rasa yang meresap

Tahun berganti, memori tak terganti
Pengalaman mengajarkan empati
Ego terkikis oleh pelajaran
Masa depan menjadi ganjaran

Rasa yang bisa berpindah ke lain hati, mengajarkan untuk berhati – hati

Apa yang kita tahu pada dekade berikutnya?
Apakah kita masih ada untuk merasakan asa?
Atau sibuk dengan masa?

Bahagia bukanlah tujuan
Menjadi bahagia adalah keniscayaan
Berikan anugerah terindah untuk masa depan

28Jan 22.58